“Widi, di cariin tuh sama Arga.“ kata Dindin
“mau ngapain?” singkatku
“ya mana gua tau, ditunggu dilapangan“ jelas Dindin
“ogah ah, panas-panas gini ngapain dilapangan?“ aku menolak
,karena emang siang itu panas banget.
“katanya mau ngomong penting ,buru iih entar gua yang
kena marah” jawab Dindin dengan nada memohon.
“yang
butuh siapa? Dia kan ,ngapain gua yang repot” timpaku dengan nada cuek. Dindin pun
langsung pergi begitu saja tanpa basa-basi lagi.
Arga
adalah pacarku, kita jadian baru empat mingguan. Aku kenal Arga dari kakak kelas aku
,dan juga deket karena teman kelas aku itu. Perkenalan kami sangat singkat dan
dia langsung nyatain begitu saja tentang perasaannya, awalnya aku ngga percaya
tapi karena udah ada satu bulan aku ngga berhasil ngelupain mantan aku,
akhirnya aku terima dia sebagai pacarku. Awalnya hubungan aku dengan Arga
berjalan baik-baik saja ,tapi setelah satu bulan berlalu ada yang aneh
dengannya. Kecurigaanku terbukti, dia punya cewe lagi yang sebaya dengannya.
Aku tau dari temenku, Resti yang ngga sengaja ngeliat Arga sedang berboncengan
dengan temennya Resti. Lalu Resti tanya ke cewe itu dan ternyata benar dia udah
jadian dengan Arga lebih dari sebulan, namanya Diah. Esoknya Resti bilang ke
aku, dan aku langsung shock banget, antara percaya dan engga. Sejak awal memang
temen cewe sekelasku ngga ada yang setuju aku jadian sama Arga, terlebih Nizar
dan Yuli akan tetapi mereka tahu alasanku buat trima Arga jadi pacarku.
Setelah aku sampai di gerbang sekolah, aku melihat Arga
sedang duduk di atas motornya di seberang jalan. Saat itu di halte sekolah
masih ramai, Arga melajukan motornya ke arahku dan berhenti di depanku. Dia
mengajakku pulang, awalnya aku ngga mau tapi dia menarik tangan aku. Dan akupun
di antarnya pulang, tapi di tengah jalan dia memelankan laju motornya dan
berhenti. Saat itu aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, dan aku berusaha
menguatkan mentalku untuk bisa nerima semua yang akan diucapkannya. Yang paling ngga bisa kupercaya, dia hanya melihatku dan
setelah itu melajukan lagi motornya. Aku makin bingung dengan yang
dilakukannya, sangat aneh. Sesampainya di depan rumah, dia kembali menatapku
dan dia bilang “aku emang punya cewe lain selain kamu” aku shock banget, dia
bilang langsung di depanku. Bisa bayangin kan gimana rasanya, saat itu aku
hanya bisa diam menahan tangis. Lalu dia peluk aku dan berkata “keputusan ada
dikamu ,aku akan terima apapun hukumannya. Tapi kamu perlu tau, aku sayang banget
sama kamu” aku langsung lari kedalam rumah masuk ke kamar dan menguncinya.
Tangisku tumpah begitu saja, sedih ,benci ,sakit ,dan rasa ngga percaya semua
jadi satu.
Setelah kejadian itu, aku minta pindah ke Bandung dengan
mamah, dan mamah mengizinkannya. Semua surat-surat sudah diurus, dan tiba di
hari kebebrangkatan. Teman-temanku banyak yang mengirimku pesan karena aku
tidak berpamitan terlebih dulu. Semua temanku ngga setuju aku pindah karena
masalah dengan pacar. Pesan-pesan dari mereka isinya seperti ini
“Widi ngpain pindah si bei?ga asik banget.”
“Widi ga sayang ma kita2 yah? Knp pindah ? “
“Widi sabar yah ,pasti Tuhan akan kasih yg trbaik kok J.“
Tapi kalau aku masih tetap disana, aku hanya akan merasa
sakit.
Waktu terus berjalan ,hingga suatu hari temanku bilang
kalau Arga sudah putus dengan Diah. Aku senang, karena sampai saat ini juga aku
masih sayang dengan Arga. Dan doaku selama ini terkabul, terima kasih Tuhan
telah mengabulkan doa-doaku. Liburan menjelang kenaikan kelaspun tiba, aku
pulang ke tanah kelahiranku untuk bertemu teman-teman lama, keluarga dan sangat
berharap bisa bertemu dengan Arga.
Aku punya waktu liburan satu minggu. Dan entah Arga tau
dari siapa, tiba-tiba saja dia ada di depan rumah aku. Aku keluar dengan
terheran-heran
“kamu ngapain kesini?” tanyaku dengan heran
“mau ketemu kamu, masih marah sama aku?” katanya
“tau dari siapa aku pulang?” jawabku dengan nada cuek, siapa
yang ngga marah kalo diduain. Dia tidak menjawab apa-apa dan hanya langsung
memelukku dengan erat seakan ngga mau aku pergi darinya lagi. Dia bilang
“aku sayang banget sama kamu, tolong maafin aku, aku tau
dulu aku salah. Please terima aku lagi seperti dulu“ suaranya sangat lembut,
dan hanya seperti sebuah bisikan. Dan akhirnya aku menerimanya jadi pacarku
lagi. Kalimat itu adalah sebuah kalimat yang sangat ingin kudengar lagi
darinya, dan kini jadi sebuah kenyataan dan bukan mimpi.
Karena motto hidupku selama ini adalah JANGAN JADIKAN
MIMPIMU SEBAGAI SEBUAH HARAPAN, TAPI JADIKAN MIMPIMU SEBAGAI SEBUAH PERJUANGAN J
Itulah
cerpen pertama yang aku tulis
tentunya moga aja kalian suka. Hehhehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar